Rabu, 05 Desember 2012

Sejarah rumah datuk Batu bara



Istana Lima Laras adalah istana lawas yang sudah berusia 100 tahun [2012-1912]. Istana ini tidak begitu populer seperti halnya istana-istana peninggalan Kerajaan Melayu di Sumatera Utara khususnya Istana Maimun Medan. Jangankan orang dari luar daerah, mereka yang berasal dari desa setempat saja tidak tau perihal keberadaan istana Lima Laras. Sebab, pada umumnya mereka menyebut Istana Lima Laras dengan sebutan rumah datuk atau rumah raja, bukan istana.
Dahulu istana Lima Laras disebut Istana Niat Lima Laras. Lima Laras adalah nama sebuah desa yang terletak di Kec. Tanjung Tiram, Kab. Batu Bara, Sumatera Utara. Sedangkan nama dari Istana Niat Lima Laras. Lebih didasarkan kepada sebuah niat, iktikad dan nazar dari Datuk Muhammad Yuda, ditulis pula Datuk Matyoeda Sridiraja, Raja dari Kerajaan Lima Laras XII. Matyoeda adalah anak dari Datuk Haji Djafar Raja Sri Indra. Datuk Matyoeda memiliki cucu yang bernama Datuk Muhammad Azminsyah, 72 tahun, yang sampai sekarang masih hidup dan menjadi “penjaga” sekaligus pemangku adat Melayu Istana Lima Laras. Dari beliaulah pengunjung bisa mendapatkan informasi seputar Istana Lima Laras. Sebab, sumber narasi terpilih berdasarkan literatur yang khusus membahas dan mengupas Istana Lima Laras dan Kerajaan Lima Laras, boleh dikata sangat sedikit dan dangkal.
Seperti yang semula diutarakan, Istana Niat Lima Laras dibangun dan didirikan atas manifestasi niat dan nazar Datuk Matyoeda, manakala perniagaannya “selamat” sekembalinya dari Malaka [Penang] menuju ke Asahan, tepatnya Batu Bara. Perniagaan Datuk Matyoeda berupa kopra, damar, dan rotan yang dibawa dengan kapal besar sampai ke Malaka, Singapura, Thailand.
Perniagaan yang “selamat” di sini maksudnya, lolos dari ancaman pemerintahan kolonial dan VOC. Pada masa itu, terjadi rivalitas antara VOC dan Raja Kerajaan Lima Laras XII. Sehingga pemerintah kolonial Hindia Belanda terang-terangan mengeluarkan maklumat agar Raja Datuk Matyoeda menghentikan seluruh perniagannya.
Nazar serta niat Datuk Matyoeda terpenuhi. Rombongan dan dagangannya selamat membawa hasil gemilang. Kemudian dengan berbekal hasil perniagaan sebesar 150.000 gulden dan tenaga ahli dari negeri Tirai Bambu. Didirikanlah Istana Lima Laras. Datuk Matyoeda beserta keluarga kerajaan menempati istana tersebut lebih kurang selama 5 tahun [1912-1917].

1 komentar:

  1. Assalamu'alaikum, saya cucu dari datuk nakhoda sonding, saya sedang mencari makam datuk saya didaerah limo laras, jika tuan mendapatkan kisah, ada seorang datuk yg menetap dilimo laras, tapi dahulu sering berlayar ke Malaysia dan brunei, saya ingin mencari jejak terakhir datuk saya, karena saya cucu terakhir dari keturunan ke 6,abang saya lah keturunan ke 7,sebelum silsilah ini berakhir, kami ingin mencari bukti kebenaran, tapi terkendala waktu dan jarak, Terimakasih jika tuan berkehendak mencarikan informasi tersebut, wassalamualaikum..

    BalasHapus