Istana
Lima Laras adalah istana lawas yang sudah berusia 100 tahun
[2012-1912]. Istana ini tidak begitu populer seperti halnya
istana-istana peninggalan Kerajaan Melayu di Sumatera Utara khususnya
Istana Maimun
Medan. Jangankan orang dari luar daerah, mereka yang berasal dari desa
setempat saja tidak tau perihal keberadaan istana Lima Laras. Sebab,
pada umumnya mereka menyebut Istana Lima Laras dengan sebutan rumah
datuk atau rumah raja, bukan istana.
Dahulu istana Lima Laras disebut Istana
Niat Lima Laras. Lima Laras adalah nama sebuah desa yang terletak di
Kec. Tanjung Tiram, Kab. Batu Bara, Sumatera Utara. Sedangkan nama dari
Istana Niat Lima Laras. Lebih didasarkan kepada sebuah niat, iktikad dan
nazar dari Datuk Muhammad Yuda, ditulis pula Datuk Matyoeda Sridiraja,
Raja dari Kerajaan Lima Laras XII. Matyoeda adalah anak dari Datuk Haji
Djafar Raja Sri Indra. Datuk Matyoeda memiliki cucu yang bernama Datuk
Muhammad Azminsyah, 72 tahun, yang sampai sekarang masih hidup dan
menjadi “penjaga” sekaligus pemangku adat Melayu Istana Lima Laras. Dari
beliaulah pengunjung bisa mendapatkan
informasi seputar Istana Lima Laras. Sebab, sumber narasi terpilih
berdasarkan literatur yang khusus membahas dan mengupas Istana Lima
Laras dan Kerajaan Lima Laras, boleh dikata sangat sedikit dan dangkal.
Seperti
yang semula diutarakan, Istana Niat Lima Laras dibangun dan didirikan
atas manifestasi niat dan nazar Datuk Matyoeda, manakala perniagaannya
“selamat” sekembalinya dari Malaka [Penang] menuju
ke Asahan, tepatnya Batu Bara. Perniagaan Datuk Matyoeda berupa kopra,
damar, dan rotan yang dibawa dengan kapal besar sampai ke Malaka,
Singapura, Thailand.
Perniagaan
yang “selamat” di sini maksudnya, lolos dari ancaman pemerintahan
kolonial dan VOC. Pada masa itu, terjadi rivalitas antara VOC dan Raja
Kerajaan Lima Laras XII. Sehingga pemerintah kolonial Hindia Belanda
terang-terangan mengeluarkan maklumat agar Raja Datuk Matyoeda
menghentikan seluruh perniagannya.
Nazar
serta niat Datuk Matyoeda terpenuhi. Rombongan dan dagangannya selamat
membawa hasil gemilang. Kemudian dengan berbekal hasil perniagaan
sebesar 150.000 gulden dan tenaga ahli dari negeri Tirai Bambu.
Didirikanlah Istana Lima Laras. Datuk Matyoeda beserta keluarga kerajaan
menempati istana tersebut lebih kurang selama 5 tahun [1912-1917].
Assalamu'alaikum, saya cucu dari datuk nakhoda sonding, saya sedang mencari makam datuk saya didaerah limo laras, jika tuan mendapatkan kisah, ada seorang datuk yg menetap dilimo laras, tapi dahulu sering berlayar ke Malaysia dan brunei, saya ingin mencari jejak terakhir datuk saya, karena saya cucu terakhir dari keturunan ke 6,abang saya lah keturunan ke 7,sebelum silsilah ini berakhir, kami ingin mencari bukti kebenaran, tapi terkendala waktu dan jarak, Terimakasih jika tuan berkehendak mencarikan informasi tersebut, wassalamualaikum..
BalasHapus